ReBlog: Dan dengan Membuat Hollywood Ngambek Bisa Bikin Film Indonesia Maju? Pikir Ulang

Tulisan ne merupakan tulisan dari Mikael Dewabrata, situs lengkapnya di >> http://bicarafilm.com/baca/2011/02/20/dan-dengan-membuat-hollywood-ngambek-bisa-bikin-film-indonesia-maju-pikir-ulang.html

Credit : to owner

Lagi pengen ngpost tulisan-tulisan seperti ini karena stresss liat film-film yang diputer di Indonesia pada kurang menarik, dan gw masih berharap bisa nonton HP7 Part 2, Transformers 3, sekuel AVATAR, POTC 4, dll di bioskop..

________________________


Belakangan sedang marak soal pajak film impor yang meninggi. Meski yang sudah-sudah polemik seperti ini bakal terselesaikan, namun untuk kasus ini tampaknya beberapa hari ke depan akan ada perubahaan signifikan di dunia perbioskopan nasional. Tanagok.com berupaya untuk memberi pengayaan lain dari masalah ini. Di mana-mana keluhan lebih banyak kepada kurang kreatifnya film nasional di pasar. Tapi, itu tidak akan disinggung di sini. Biarlah film selangkangan jadi film selangkangan. Di sini hanya memberi garis bawah jika polemik pajak ini merupakan solusi industri film nasional, bahkan untuk langkah awal pun sepertinya terlalu gegabah. Berikut adalah mitos-mitos soal perfilman nasional yang bangkit akibat polemik ini.

1. Produksi Film Nasional terdesak akhir-akhir Ini karena film Hollywood

Mari kita hadapi sebuah kenyataan. Di belahan dunia manapun sebuah industri film lokal sudah dipastikan harus menghadapi hegemoni Spider-man, Harry Potter, dan kawan-kawan. Itu sekali lagi kenyataan jaman yang tidak bisa dipungkiri. Kelihatannya sih memang bioskop kelas XXI banyak menaruh film-film Hollywood sebagai marquee mereka. Tetapi, kalau mata digeser ke bioskop di daerah Rawamangun, Bekasi, atau nama-nama daerah yang jauh dari elit, dominasinya masih tetap film Indonesia. Malahan penonton bioskop-bioskop tersebut lebih memilih nonton film Indonesia ketimbang Amrik. Artinya, ruang untuk film Indonesia tampil itu sudah semakin besar, coba bandingkan dengan tahun 1999 ketika Kuldesak untuk bisa nyelip ke bioskop susahnya minta ampun. Terima kasih dengan Petualangan Sherina, film Indonesia akhirnya mendapatkan kepercayaan lagi dari publik dan pasar menjawab bahwa film Indonesia bisa laku. Jika dasar perjuangan film Indonesia dimulai dengan perjuangan berdarah-darah, kenapa lantas pemerintah malah membuat kebijakan sok populis mencari muka dengan dalih memberi ruang film nasional. Kesannya kalau cuma ada film Indonesia , mereka bisa lebih berbicara. Padahal bisa jadi bumerang, karena seperti sinetron, orang jadi tidak ada pilihan. Jadinya secara kualitas bisa saja bioskop Indonesia mengalami dekadensi mirip dengan yang terjadi di televisi.

2. Dengan hilangnya Hollywood, film Indonesia bisa lebih berkembang

Seperti ditegaskan di poin satu, ketika film Indonesia era sekarang dimulai dengan berdarah-darah, kenapa lantas seolah di-voor untuk perkembangan lanjutnya. Dengan bioskop yang ibarat raksasa lapar itu mau tidak mau harus diberi makan. Dengan permintaan tinggi, produser dituntut untuk lebih banyak bikin film. Kondisinya jadi sama saja. Secara produksi mungkin berkembang, tapi sampai kapan itu akan berkembang. Penonton bioskop tidak seperti penonton televisi karena mereka keluar uang tidak sedikit untuk menghabiskan waktu 2 jam di dalam gedung bioskop. Jelas mereka milih-milih. Jika akhirnya mereka jenuh, siap-siap saja studio dikurangi satu per satu. Karena konsentrasi masa hilang akibat bioskop sepi, film yang dijual tanpa word of mouth kuat di awal pemasaran jadi susah payah buat ngejual filmnya. Beda ketika masih ada Hollywood yang membuat film seperti Transformers jadi magnet. Setidaknya orang jadi melihat poster film Indonesia di bioskop saat mereka nonton film Hollywood. Lalu ketika bioskop bukan pilihan hiburan utama (yang sebelum ini merupakan hiburan murah), lalu sineas Indonesia yang lagi mulai jalan cepat ini mau diputar di mana? Di Monas, seperti kata Joko Anwar? Boleh juga sih, sekalian nonton bareng Ondel-ondel.

3. Kalau pun film impor tetap tayang, harga tiket naik nggak masalah karena film Indonesia nggak perlu naik harganya

Siapa yang bisa menjamin harga tiket untuk film Indonesia lebih murah dari film impor jika HTM nanti naik. Dari jaman 2000an awal harga tiket itu flat untuk rentang pemutaran waktu yang sama. Terutama membicarakan 21 ya. Mau filmnya dari Timbuktu atau dari New York, harga tiket sama saja. Nanti jika tiket naik pun, tidak jamin harga tiket film Indonesia jadi dimurahkan, terutama untuk bioskop kelas elit. Pertama pihak penyelenggara bioskop tidak merasa kalau harga tiket beda ini menjamin orang lebih memilih film yang tiketnya lebih murah. Orang malah mikir, jangan-jangan murah karena emang filmnya kacrut. Dan, karena orang memilih nonton film karena itu pilihan mereka. Mau tiketnya semurah apapun atau bahkan gratis pun kalau filmnya abal-abal orang juga nggak mau datang. Jika HTM naik, film Indonesia juga naik. Itu malah lebih mencekik leher lagi buat produser. Orang yang tadinya sudah milih-milih buat nonton film Indonesia jadi lenbih milih-milih lagi. Dengan begini ruang film Indonesia jadi dipersempit oleh pasar sendiri.

4. Tanpa MPA , film Impor (Hollywood) tetap bisa masuk Indonesia

Ini adalah pendapat super pede dari pejabat lokal. Entah mereka kebanyakan ngisep cimenk merek apaan, yang pasti kelihatan sekali mereka tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Terserah mereka dan silahkan saja cari sendiri film tanpa bantuan MPA, nanti juga dapetnya film seperti ini:

5. Pajak film Nasional itu tinggi, harusnya film impor juga nggak kalah tinggi

Kalau boleh jujur, argumen seperti ini tidak kalah singit. Bagaimana dua pajak yang berbeda dibandingan tegak lurus begini. Yang satu pajak untuk produksi yang memang variabelnya banyak, yang satu adalah pajak bea masuk tidak ada unsur produksi di dalamnya. Hollywood sudah bayar pajak produksinya sendiri di Amrik sono atau di Negara tempat mereka ambil gambar jika tidak di-syut di Amrik. Jelas lah kalau dilihat mata telanjang pajak produksi kita tinggi dibanding film luar. Jika mau diambil asas keadilan, sepertinya pendapat umum tentang bagaimana pemerintah seharusnya meringankan industri lokal bukan malah main api dengan pasar merupakan gagasan paling ideal. Walau itu juga tindakan nge-voor, tapi setidaknya ketika film selesai diproduksi pun produser harus bertarung lagi di bioskop (sebelum pajak ajaib ini diberlalukan) tetap harus bertarung secara tangan kosong.

6. Lalu, mana kontribusi pemerintah, kok tiba-tiba sok jadi pahlawan kesiangan gini?

Polemik film impor selama ini seolah adalah film Hollywood vs film Nasional. Padahal, satu yang sebenarnya masih memprihatinkan adalah kondisi perbioskopan. Ini industri loh, dan gimana industri mau maju kalau orang malas buka toko. Indonesia yang merupakan pasar Facebook nomor dua di dunia ini (ga keren lagi bow sebut negara berpenduduk 200 juta orang) ternyata bukan surga uang MPA. Ada yang bilang, pasar kita hanya 0,1 % dari total pendapatan Hollywood. Nggak ngaruh lah kalau hilang. Tinggal nambahin bioskop di China juga beres persoalannya buat nutup 0,1 %. Kenapa angkanya kok kecil ya. Ya, jelas lah bioskopnya kebanyakan di Jakarta. Sudah nggak jamannya lagi bioskop menjamur di setiap sudut negeri seperti jaman Pos Kota masih masang iklan bioskop setengah halaman. Dengan pajak setiap film terproduksi di Indonesia bisa 5 milyar sendiri per tahun, lalu mana dorongan pemerintah untuk buka layar di kota-kota. Kalau mengandalkan bioskop seperti Senayan City atau PIM 2 untuk menaikkan produksi film Nasional sepertinya susah. Antusias orang Indonesia masih tinggi abis kok. Lihat saja Melodi Kota Rusa yang jadi tontonan puluhan ribuan orang hanya di satu kota di Indonesia Timur sana.Sayangnya karena bioskop tidak ada, diputarnya model layar tancap atau malah cuma pakai proyektor kecil. Pemerintah sendiri juga sudah dapat pajak milyaran dari operasional bioskop juga loh, di luar film masuk dan film terproduksi. Boleh deh ada yang bisa menjelaskan, itu duit buat apa saja? Dulu Menbudpar pernah bikin sayembara skenario di mana yang menang dibiayai untuk dibikinin filmn. Tapi, eksperimen pertama gagal dan begonya bukannya belajar dari situ yang ada malah nyerah dan tidak jelas lagi program seperti itu masih ada apa nggak.

edisi blognya klik ke sini : http://bit.ly/i7ZChw

3 p i e c e s . .:

Indonesia Better said...

:)
Nice post..
Maju terus !

restoran jepang said...

Indonesia kagak dari film,pssi & dpr kagak bener semua w perhatiin

eileanarachel said...

WinStar World Casino Tickets - JTM Hub
Buy 논산 출장샵 WinStar World Casino tickets at the JTM website at Ticketmaster.com. Find WinStar 제주 출장샵 World Casino venue 평택 출장마사지 concert and event schedules, venue information, 포커 directions, Sat, Dec 18Goosemas 화성 출장샵 2021Dec 31, 2022Bowzers RockersFeb 8, 2022Bowzers Rockers

what time . . . ?

. . a r c h i v e s . .

. . tweet-tweetan . .

. . t e a . . b r e a k . .


ShoutMix chat widget

Followers